Oleh : RAHMAD SAFARI (SMP Negeri 1 Sangkapura)
Nama Bawean atau Boyan sudah lama dikenal diseluruh dunia, terutama karena kegemaran penduduknya merantau kesegala penjuru dunia misalnya Malaysia, Singapura, Vietnam, Australia, dan Amerika Serikat. Bahkan beberapa peneliti dunia tertarik untuk mengadakan riset di Bawean, Apakah kita sebagai penghuninya mengenal akan lingkungan sekitarnya. Berikut kami mencoba untuk mendiskrepsikan keadan pulau Bawean secara singkat.
Bawean adalah pulau kecil yang terdapat ditengah –tengah laut Jawa, secara astronomis pulau ini terdapat pada 5043’LS – 5052’ LS dan 112034’BT – 112 044’BT, kira-kira 82 mil sebelah utara Gresik Jawa Timur. Pulau Bawean adalah massa daratan yang kompak, dan bulat, seperti uang logam. Secara Administratif Pulau Bawean termasuk wilayah Kabupaten Gresik Jawa Timur memiliki 2 kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dengan 17 desa dan kecamatan Tambak dengan 13 desa.
Penelitian secara Geologis menunjukkan bahwa Pulau Bawean merupakan pulau yang paling muda diseluruh dangkalan Sunda , yang terdiri dari lapisan sedimen marine yang berusia tertier dan batuan alkalis alkaline, hal ini bisa dibuktikan dengan tersebarnya batuan kapur atau malihannya sebagai contoh dari dari sedimen marine diseluruh daratan pulau Bawean. Secara geologi bila disuatu tempat ditemukan batuan kapur ini bermakna tempat itu dulunya adalah dasar laut yang mengalami pengangkatan atau pengeringan lautan. Di Bawean mulai daerah dekat pesisir sampai daerah tengah misalnya Songai Terros Deje dijumpai banyak batuan yang mengandung endapan marine atau rojhing. Pulau Bawean ini tidak digolongkan kedalam tanah Dangkalan Sunda (Sunda Self) yang sudah stabil. Sehingga R.W. Van Bemmellen memasukkan kedalam proses-proses tertier dan pergolakan kulit bumi yang masih labil.
Secara Geologis pula menunjukkan bahwa pulau Bawean merupakan bekas gunung berapi dan gejala vulkanisme lainnya yang terdiri dari batuan alkali yang kurang mengandung asam sikikon. Bahan vulkanis ini terutama terdiri dari batuan leusit dan nefelin. Di dalam pulau banyak dijumpai gunung atau bebukitan yang beraneka macam bentuknya sebagai akibat intrusi magma dalam bentuk lakolit. Puncak Pulau Bawean terdapat pada ketinggian 656 meter dari permukaan air laut. Anda jangan khawatir walaupun dengan meningkatnya suhu di bumi menyebabkan semakin naiknya permukaan air laut akan menenggelamkan pulau Bawean. Walaupun permukaan air laut semakin tinggi akibat pemanasan suhu global, pulau kita juga semakin naik tiap tahunnnya beberapa milimeter (luar biasa bukan?).
Dibagian tengah pulau Bawean terdapat danau Kastoba dengan luas 24 ha yang terbentuk dari bekas kawah gunung berapi yang sudah mati dan mengalami penyumbatan diatermanya. Sebagai akibat dari kegiatan post vulkanis ( gunung berapi yang sudah tidah aktif) dibeberapa tempat ditemukan banyak sumber air panas yang mengandung belerang dengan suhu kira-kira 400C.
Pulau Bawean termasuk daerah yang memiliki iklim tropis musim dan juga marine. Musim penghujan jatuh pada bulan oktober hingga april sedang kemarau terjadi pada bulan april – Oktober. Suhu rata-rata sekitar 27 0C, suhu maksimum sekitar 320C dan suhu minimum 250C. karena posisi wilayah yang dikelilingi laut, angin laut berhembus kuat diatas pulau Bawean sehingga lebih lembab dan segar dibanding dengan pesisir pantai utara Jawa.
Luas Pulau Bawean 230,901 km2 atau dibulatkan menjadi 231 km2, pemukiman penduduk umumnya mendiami didataran tepi pantai, yang selanjutnya berkembang menjadi daerah yang lebih padat penduduknya, yang lainnya mendiami diantara sela-sela perbukitan dengan pola pemukiman terpusat dan mengelompok mengikuti garis kontur kemiringan lereng.
Keadaan alam yang indah dan panorama alam yang masih asri merupakan potensi objek pariwisata alam yang menarik untuk dikelola menjadi pusat kunjungan wisatawan domistik maupun manca negara. Lokasi wisata alam itu misalnya air terjun Lacar, Air terjun Kuduk-kuduk, air terjun Talomun, Pasir Putih Sokaoneng , pantai Pulau Selayar, Pulau Nuku, Pulau Cina, Danau Kastoba dan masih banyak lainnya.
Penduduk Bawean tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan alami (kelahiran –kematian) juga dipengaruhi oleh faktor migrasi, sehingga dari waktu-kewaktu pertumbuhannnya sulit diproyeksikan menggunakan rumus-rumus demografi, sebab pengaruh migrasi sirkuler (pola merantau) berperan dominan. Pertumbuhan penduduknya kadang bernilai positif (bertambah) tapi juga bernilai negatif (berkurang). Seperti contoh tahun 1812 penduduk Bawean berjumlah 14.319 jiwa, tahun 1900 berjumlah 42.286 jiwa, tahun 1964 berjumlah 59.525 jiwa, tahun 1981 berjumlah 65.924 jiwa tahun 1991 berjumlah 61.788 jiwa. Dan saat ini diperkirakan kembali menjadi 70.242 jiwa (SENSUS 2010). bersambung ke bagian ke 2
Sumber :
http://www.smpnegeri1sangkapura.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:mengenal-lebih-dekat-pulau-bawean-1-&catid=27:guru&Itemid=125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar